Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Jakarta, Kemendikbudristek
– SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL) mendukung keketuaan Indonesia untuk ASEAN 2023 dengan menginisiasi program inovatif, yaitu Southeast Asian Language Club (SEALC): “Pelatihan Daring Peningkatan Pengetahuan Bahasa dan Budaya Indonesia dan Thailand”. Program SEALC dilaksanakan mulai tanggal 1 Agustus hingga 22 September 2023.Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), E. Aminudin Aziz, membuka program SEALC secara seremonial dan menyampaikan pesan-pesan dari Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim.
Aminudin Aziz mengatakan bahwa Mendikbudristek sangat mengapresiasi inisiatif kegiatan ini. Menteri Nadiem menilai program SEALC sangat inovatif dan terbarukan karena menunjukkan upaya Indonesia untuk memperkuat kerja sama antara negara-negara ASEAN yang telah diumumkan dan dideklarasikan selama beberapa dekade.
“Mas Menteri menyampaikan ucapan selamat kepada semua peserta, tim penyelenggara, dan Anggota Dewan Pembina SEAQIL serta institusi mitra atas pelaksanaan program SEALC,” ujarnya beberapa waktu lalu di Jakarta.
Kepala Badan Bahasa juga mengungkapkan bahwa Mendikbudristek berharap agar inisiatif ini dapat diperluas, tidak hanya mencakup pengajaran dan pembelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Thailand, tetapi juga bahasa-bahasa Asia Tenggara lain, seperti bahasa Kamboja dan Vietnam.
Selanjutnya, Aminudin berbagi pengalaman Badan Bahasa dalam pengajaran bahasa Indonesia kepada orang-orang yang bukan penutur asli bahasa Indonesia. “Saat ini, kami melayani 154 peserta aktif di seluruh dunia. Dalam data kami tercatat bahwa kami memiliki 428 institusi mitra, dan bahasa Indonesia diajarkan di 52 negara. Inisiatif ini memiliki potensi tidak hanya membentuk kerja sama antarnegara, tetapi yang lebih penting adalah persahabatan di antara masyarakat ASEAN,” ungkapnya.
Program SEALC juga mendapatkan dukungan penuh dari Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), M. Solehuddin dan Dekan Fakultas Seni, Universitas Chulalongkorn, Thailand, Suradech Chotiudompant. Ia menyampaikan bahwa bahasa membantu menjalin hubungan yang bermakna dan mempromosikan harmoni di antara komunitas yang beragam seperti di Asia.
“Baik Indonesia maupun Thailand memiliki sejarah, tradisi, dan adat istiadat yang kaya yang telah memikat hati para wisatawan dan mahasiswa selama berabad-abad. Saya yakin bahwa program pelatihan ini akan membentuk apresiasi yang lebih mendalam terhadap keindahan linguistik dan keragaman budaya yang ada di Indonesia dan Thailand,” ujar Solehudin.
Sementara itu, Suradech menyampaikan bahwa Universitas Chulalongkorn bangga menjadi bagian dari program SEALC SEAQIL yang transformatif. Ia mengungkapkan harapannya agar program SEALC menjadi upaya dalam memperkuat hubungan dan persatuan masyarakat melalui kekuatan bahasa. “Saya berharap bahwa proyek ini akan memberikan dampak positif yang berkelanjutan di kawasan ASEAN,” ungkap Suradech.
Pelaksana tugas (Plt.) Direktur SEAQIL, R. Dian Dia-an Muniroh, pada kesempatan ini menjelaskan pilar-pilar penting dalam penyelenggaraan SEALC. “Pilar-pilar tersebut termasuk peran Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023 dan sejalan dengan visi yang tercantum dalam Cetak Biru Masyarakat Sosial Budaya ASEAN/ASCC Blueprint 2025. Program ini berkomitmen untuk mempromosikan bahasa dan literasi di kalangan pendidik masa depan di Asia Tenggara, dan pilar terakhir yang tidak kalah penting adalah untuk meningkatkan kompetensi global para peserta,” ungkap Dian.
Sebagai laporan penanggung jawab program SEALC, Deputi Direktur Program SEAQIL, Esra Nelvi M. Siagian, menyampaikan bahwa Program SEALC telah diikuti oleh 71 peserta, yakni 30 peserta klub bahasa Indonesia dan 41 peserta klub bahasa Thailand. Peserta berasal dari delapan negara Asia Tenggara, yakni Filipina, Indonesia, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Thailand, Timor-Leste, dan Vietnam dan enam negara di luar Asia Tenggara, yakni Afganistan, Arab Saudi, Gambia, Mesir, Pakistan, dan Turki.
Esra juga menambahkan bahwa program SEALC melibatkan pakar bahasa Thai dan fasilitator dari Chulalongkorn University, serta pengajar BIPA dari Universitas Indonesia, dan fasilitator BIPA dari Universitas Pendidikan Indonesia.
Program SEALC diselenggarakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh SEAQIL dan UPI terkait Kebijakan Bahasa dan Pendidikan Bahasa di Asia Tenggara. Hampir 5.000 orang muda menjadi responden penelitian ini berasal dari 11 negara di Asia Tenggara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua bahasa regional (bahasa Indonesia dan bahasa Thai) menjadi preferensi bahasa yang paling diminati di kalangan generasi muda di wilayah Asia Tenggara. (Tim Publikasi SEAQIL, Editor: Andrew Fangidae/Denty Anugrahmawaty/Seno Hartono)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 130 kali