Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Sabah, Kemendikbudristek — Anak muda itu bernama Muh. Asdar, atau biasa dipanggil Asdar. Penampilannya keren dan “hensem”, kata orang-orang yang mengenalnya. Ia lahir pada 25 November 1997 di sebuah ladang sawit di Kinabatangan, Lahad Datu, Sabah, Malaysia (sekitar 400-an kilometer dari Kota Kinabalu). Ayahnya Muh. Nur, ibunya Hartati–keduanya berasal dari Makasar. Ketika berusia setahun, Asdar sudah ditinggal ayah kandungnya yang wafat. Sejak itu, Asdar tinggal bersama ibunya yang berstatus sebagai pekerja di ladang tersebut.
Belum lama ini, Koordinator Penghubung CLC Wilayah Kota Kinabalu, Sabah, Nasrullah Ali Fauzi sempat berkomunikasi dengan penggemar main futsal itu. Asdar bercerita bahwa pada Juli 2023, dirinya baru saja menyelesaikan studi masternya (Strata 2) dalam bidang Teknologi Pendidikan di Universitas Pelita Harapan (UPH), Jakarta. Pada 2021, gelar sarjana (Strata 1) juga sudah diraihnya dari Universitas Padjadjaran, Bandung, jurusan Hubungan Internasional. Kedua program tersebut diselesaikannya dengan bantuan beasiswa dari Pemerintah Republik Indonesia.
Di sela-sela kesibukannya berkuliah, Asdar juga sangat aktif dalam beberapa kegiatan positif. Di antaranya di Ruang Prestasi Yayasan Pandu Pertiwi (Januari 2021-sekarang), pernah magang di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur (2020) dan Konsulat Republik Indonesia (KRI) Tawau (2019). Paling bergengsi mungkin adalah pernah menjadi Staf pada Gugus Tugas Percepatan Proyek Strategis Nasional, Kantor Staf Kepresidenan RI di Jakarta (Juli-Agustus 2023).
Asdar adalah alumni Community Learning Center (CLC) jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Ladang Permodalan 1 (2006-2014), yang terletak di ladang tempat dia lahir. Kemudian, dengan mendapatkan beasiswa afirmasi pendidikan menengah (Adem) dari Pemerintah RI, dia melanjutkan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Permata Insani Islamic School (2014-2017), Banten.
Asdar memang alumni CLC yang berhasil. Tapi dia bukan satu-satunya. Sudah ada sekitar 3000 alumni CLC lain dari Sabah yang juga berhasil melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA, SMK, Diploma, dan S1 di berbagai lembaga pendidikan di seluruh Indonesia. Semua mereka peroleh setelah melalui proses panjang penuh perjuangan yang tak ringan, di bawah bimbingan dan dukungan guru-guru andalan, apalagi tinggal di ladang-ladang yang sarat tantangan.
“Inilah memang tujuan utama Pemerintah Republik Indonesia mendirikan SIKK dan CLC, yakni memberikan layanan pendidikan dasar untuk anak-anak PMI dan kemudian memberikan beasiswa dan kemudahan untuk mereka melanjutkannya ke jenjang lebih tinggi di Indonesia,” kata Konsul Jenderal Republik Indonesia Kota Kinabalu, Rafail Walangitan, dalam sambutannya.
Kurikulum, sistem pendidikan, dan peraturan pelaksanaan pendidikan di SIKK dan CLC sama persis seperti yang diberlakukan di Indonesia. Guru-guru profesional dari Indonesia didatangkan oleh Pemerintah untuk membantu guru-guru yang ada. Tidak ketinggalan juga pengiriman dana bantuan operasional tahunan yang jumlahnya tidak sedikit untuk kelancaran proses pembelajaran dan pengajaran di tempat-tempat pelayanan pendidikan tersebut.
Apa yang sudah dilakukan Pemerintah Indonesia melalui SIKK dan CLC itu membuat Encik Zulkifli merasa kagum. Menurut Guru Sejarah di salah satu Sekolah Kebangsaan Malaysia di Kundasang itu, anak-anak PMI di Sabah sangatlah beruntung dengan perhatian yang sangat besar dari pemerintah. “Tanpa pelayanan pendidikan itu, bisa dibayangkan bagaimana kondisi mereka. Bisa jadi mereka sangat potensial menimbulkan gejala sosial yang pasti akan merugikan semua pihak,” tegasnya.
Sudah 11 tahun CLC berada di Sabah, memang masih berusia kanak-kanak SD. Karenanya, masih banyak pekerjaan rumah yang masih harus dipelajari, diperbaiki dan dikembangkan supaya dia tetap eksis dan makin maju. Seperti makin maju dan susksesnya Asdar dan rekan-rekannya di Indonesia. Kalau dahulu mereka lahir dan belajar penuh parjuangan di ladang-ladang, siapa sangka kini mereka akan atau sudah lulus dari di kampus-kampus alias menara-menara gading ternama di Indonesia.
“Saya dan semua alumni CLC dan SIKK sangat beryukur kepada Allah atas segala capaian yang sudah kami raih sejauh ini. Kami juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Pemerintah RI, Perwakilan RI di Malaysia, para guru, Pengurus Ladang Sawit, Pemerintah Malaysia dan semua pihak yang sudah berkenan mengizinkan kami untuk belajar di CLC. Tanpa itu semua, bukan mustahil kalau kami masih berada dan bertapok di ladang mengikuti jejak para orang tua kami menombak dan mengutip biji sawit,” pungkas Asdar menutup perbincangan.
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 30 kali