Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Denpasar, Kemendikbudristek – Kemendikbudristek terus berkomitmen mewujudkan pendidikan yang inklusif bagi semua anak di Indonesia, salah satunya melalui Program Indonesia Pintar (PIP). Ni Luh Kusuma Wijayanti dan Sang Kompyang Dharma Putra, dua siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Susut, merupakan putra putri bangsa yang berkesempatan menerima manfaat PIP.
Kondisi ekonomi keluarga yang berada di bawah standar telah membuka peluang mereka untuk tetap bersekolah. Keduanya sepakat menilai PIP bagaikan secercah cahaya di ujung jalan yang membuka kesempatan mereka untuk bisa mengenyam bangku pendidikan walaupun dihadang kondisi ekonomi yang sulit.
“Makanan dan pakaian mungkin bisa saya dapatkan, tetapi tanpa PIP, saya pasti tidak bisa sekolah karena kami tak ada biaya untuk itu,” ucap Sang Kompyang saat ditemui di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bangli pada (16/11).
Sang Kompyang merupakan anak tunggal di keluarganya. Ibu dan Ayahnya yang merupakan kuli serabutandan tidak memiliki pemasukan yang tetap sehingga hanya bisa memenuhi biaya hidup saja. Kondisi ekonomi keluarganya yang di ambang rentan miskin membuat sekolah terasa seperti sebuah hal mewah untuknya. Sang Kompyang telah merasakan manfaat PIP sejak dirinya kelas dua Sekolah Dasar (SD).
Namun, di tengah keterbatasannya, Sang Kompyang memiliki cita-cita mulia ingin menaikan derajat keluarga. “Saya ingin jadi tentara. Keadaan orang tua saya sekarang ini menjadi dorongan bagi saya untuk bisa menaikan derajat keluarga,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, berbakti terhadap negara juga menjadi keinginan yang melandasi Sang Kompyang untuk mengejar cita-citanya mengingat dirinya telah dibiayai sekolah oleh pemerintah. “Dengan menjadi tentara, saya juga ingin berbakti kepada negara,” tambahnya.
Beberapa hal yang disiapkan Sang Kompyang demi mengejar impiannya yaitu rutin melakukan aktivitas fisik seperti berlari keliling alun-alun. Dirinya berharap dengan berlatih sejak dini, akan membuatnya lebih siap di kemudian hari. Sang Kompyang juga lihai dalam menulis aksara Bali. Hal ini terbukti dari prestasinya sebagai juara pertama dalam lomba nyurat aksara Bali.
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Susut, I Wayan Sudita, merespons baik prestasi Sang Kompyang dan berjanji siap fasilitasi bakat dan minat semua anak didiknya. “Kalau di sekolah, kita fasilitasi semua. Misalnya ada peringatan bulan bahasa, maka kita fasilitasi dengan mengadakan berbagai lomba seperti lomba puisi, baca cerpen, majalah dinding. Semua kita lakukan semata-mata untuk mengembangkan bakat dan minat anak,” ujarnya.
Anak penerima manfaat PIP lainnya adalah Ni Luh Kusuma Wijayanti, siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Susut. Sama seperti Sang Kompyang, Kusuma telah merasakan manfaat PIP sejak kelas dua Sekolah Dasar (SD). Setiap bulannya, Kusuma mendapatkan dana bantuan sebesar 750.000-775.000 rupiah yang dipakainya untuk memenuhi perlengkapan sekolahnya.
“Saya merasakan sekali manfaatnya, beasiswa ini sangat membantu, saya bisa beli sepatu, tas, alat tulis, serta ongkos ke sekolah berkat beasiswa PIP ini,” ujarnya.
Kusuma turut mengungkapkan respons positif yang datang dari orang tuanya tentang dukungan pemerintah dalam bentuk pencairan dana sekolah. “Orang tua tentu saja senang. Dulu saya butuh sepatu dan harus menunggu karena orang tua belum bisa membelikannya, tapi dengan adanya beasiswa ini saya jadi bisa beli itu saat saya butuh”, ungkapnya.
Seperti penerima manfaat PIP lainnya, kondisi ekonomi Kusuma juga berada di ambang rentan miskin. Kusuma merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ia memiliki satu orang adik. Ayahnya bekerja sebagai buruh serabutan yang setiap hari mencari bambu untuk dijual. Ibunya adalah pembuat dan penjual canang, yaitu sarana persembahan umat Hindu. Upah tak menentu yang didapatkan orang tuanya hanya cukup untuk menjalani hidup Kusuma dan satu adiknya.
Kusuma tidak tinggal diam melihat orang tuanya bekerja membanting tulang, “Ibu saya membuat canang sendiri, tapi sepulang sekolah saya ikut membantu Ibu membuat canang sambil menjaga adik kami,” katanya.
Kusuma mengungkapkan PJOK merupakan mata pelajaran favoritnya di sekolah. Dirinya bahkan bercita-cita menjadi guru PJOK saat ia dewasa nanti. Kusuma ingin dengan menjadi guru PJOK, ia dapat menyalurkan hobinya dan membuat orang lain menyukai olah raga juga.
“Hobi aku berolahraga dan aku sangat suka aktivitas fisik, sangat sukanya aku sampai ingin menjadi guru PJOK,” serunya.
Minat Kusuma berolah raga ternyata sejalan dengan prestasi yang didapatkannya. Kusuma merupakan atlet pencak silat yang sudah memenangi berbagai juara kompetensi Pencak Silat sejak dirinya masih duduk di kelas tiga SD.
“Saya pertama kali mengikuti lomba Pencak Silat itu saat kelas tiga SD karena saya tertarik melihat kakak (saudara) saya dan saya langsung menjadi juara utama karena menang telak saat itu,” tuturnya sumringah.
Saat ditanya mengapa dirinya menyukai pencak silat, ia menjawab, “Saya suka semuanya tentang Pencak Silat, dari latihannya saja saya sudah senang tapi saat menang saya lebih senang lagi.”
Kusuma kemudian mengungkapkan bahwa dirinya sudah pernah mendapatkan juara pertama, kedua, bahkan ketiga saat mengikuti lomba Pencak Silat yang diselenggarakan antarsekolah maupun setingkat Kabupaten. Saat ini, Kusuma telah berada pada level pencak silat sabuk merah strip dua.
Selain Pencak Silat, Kusuma juga aktif mengikuti Lomba Keterampilan Baris-Berbaris (LKBB) dan kegiatan ekstrakurikuler seni tari. Hal ini didukung oleh pernyataan I Wayan Sudita selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Susut yang mengungkapkan keseharian Kusuma di sekolah sebagai anak yang produktif di bidang atletik.
“Kusuma ini anak yang aktif ikut kegiatan, kemarin Kusuma turut serta dalam kompetensi LKBB dan berhasil mendapatkan juara 2 tingkat Kabupaten.”
Wayan menambahkan bahwa pihak sekolah mendukung penuh bakat serta semangat yang dimiliki Kusuma melalui dana BOS Kinerja yang diterima sekolahnya.
“Besok kami akan ada antropometri yaitu pemetaan kondisi tubuh anak cocoknya di bidang apa bagi peserta didik yang dianggap berbakat di bidang olahraga.” Ia berharap hal ini akan lebih bisa mendukung dan mengarahkan peserta didik yang memiliki kemampuan atletik untuk lebih bersinar.
Kusuma menjelaskan dukungan yang diberikan sekolah dalam pengembangan bakat dan prestasinya. “Dukungan dari sekolah itu pasti, biasanya ada guru yang memberi tahu aku tentang lomba dan suruh aku ikut”, tukasnya.
Kisah dua anak penerima beasiswa PIP ini menjadi bukti bahwa beasiswa PIP dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk meraih prestasi. Beasiswa PIP juga dapat membantu siswa dari keluarga kurang mampu untuk tetap melanjutkan pendidikan.*** (Penulis: Sri Rezeki/Editor: Denty A.)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 67 kali