Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Palu, 4 November 2023
– Rizqi Adnan Dzaki adalah mahasiswa semester tiga, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. Lahir dari keluarga yang sederhana, Adnan memiliki mimpi yang luar biasa untuk bisa membantu sesama. Sejak usia 1 tahun 7 bulan, Rizqi kecil diasuh neneknya yang bernama Masitah. Sepeninggalan suaminya, Nenek Masitah bersama Rizqi hidup berdua di rumah kontrakan sederhana dengan mengandalkan penghasilannya dari membuka warung kelontong di rumah.Penghasilan yang didapatkan Nenek Masitah perhari hanya sekitar Rp20.000 hingga Rp30.000. Sehingga tidak cukup untuk membiayai kebutuhan keduanya. Bersyukur, masih ada sanak saudara yang secara bergantian menolong ala kadarnya. Usia Nenek Masitah yang menginjak 56 tahun, membuatnya kini sudah tidak bisa beraktivitas berat. Belum lagi keluhan kesehatan yang kerap ia rasakan diakibatkan penyakit diabetes mellitus membuat ruang geraknya kian terbatas. Ini pula yang menjadi motivasi Rizqi untuk menjadi seorang dokter. Berkaca dari pengalaman hidupnya, Rizqi ingin membantu banyak orang di sekitarnya.
Hidup berdua dengan sang nenek membuat keduanya memiliki ikatan batin yang kuat. Keduanya tidak bisa terpisahkan satu sama lain. Bahkan ketika Rizqi harus memilih sekolah, ia akan berusaha memilih yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Oleh karena itu, Rizqi sangat bersyukur ketika diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Tadulako karena ia bisa kuliah sesuai dengan minat dan lokasinya tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Meski hanya dirawat nenek sedari kecil selepas ditinggal sang Ibu ke Tarakan bersama keluarga barunya, mimpi Rizqi untuk menjadi bisa orang yang sukses dan berguna selalu membara dalam hatinya. Latar belakang kehidupannya yang kurang beruntung ditambah ayah Rizqi yang sejak bercerai dari sang ibu hingga kini tak terdengar kabarnya, sempat membuat Rizqi minder kala itu.
“Berkat bantuan pendidikan dari pemerintah, yang tadinya saya tidak ada harapan terutama untuk bisa melanjutkan pendidikan, sekarang jadi punya harapan. Saya bisa berkuliah sesuai dengan minat saya,” ucap Rizqi yang menyukai pelajaran Biologi dan Kimia ini.
Selama duduk di bangku sekolah, Rizqi menyadari bahwa hanya lewat pendidikan maka nasibnya bisa berubah. Oleh karena itu, kesehariannya banyak diisi dengan belajar dan belajar. Hanya sesekali ia keluar untuk bermain bersama teman sebayanya.
“Rizqi sukanya belajar saja di kamar,” ucap sang nenek ketika ditemui di kediamannya, di Palu, Rabu (1/11). Tak aneh jika Rizqi akhirnya selalu mendapatkan peringkat 10 besar di sekolahnya. Terakhir ketika lulus SMA, nilai Rizqi tercatat sebagai tertinggi kelima di sekolahnya.
“Saya bangga, saya sangat bersyukur pada Allah meski dengan kondisi yang terbatas, semangat belajarnya tidak surut,” tutur nenek sambil mengusap air matanya.
Puncaknya, ketika Rizqi berhasil diterima sebagai mahasiswa kedokteran di Universitas Tadulako. Bahkan saking bahagianya, Rizqi bercerita bahwa ia mengabarkan pengumuman penerimaan mahasiswa sambil berteriak di atas motornya di sepanjang jalan pulang ke rumah. Nenek Masitah bercerita bahwa ketika mendengar kabar tersebut, keduanya berpelukan sambil menangis terharu. “Ini mungkin adalah jawaban atas doa-doa saya untuk Rizqi,” kata Nenek Masitah.
Keinginan Rizqi untuk mengejar impian menjadi seorang dokter berangkat dari ketertarikan akan ilmu kedokteran yang menurutnya terus berkembang. Awalnya cita-cita itu sempat diragukan sang nenek karena biaya perkuliahan di Fakultas Kedokteran sangatlah mahal. Namun, Rizqi berusaha mencari informasi beasiswa dari orang-orang sekitarnya.
Beruntung, ia mendapat informasi tentang program Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) bahwa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah melakukan transformasi Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah) menjadi KIP Kuliah Merdeka pada 2021. Kebijakan ini sebagai bentuk jaminan pembiayaan pendidikan dan bantuan biaya hidup yang diberikan kepada siswa dari keluarga kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
“Saya yakinkan nenek bahwa saya bisa kuliah yang pembiayaannya full dari pemerintah setiap semesternya. Jadi tugas saya hanya belajar supaya IPK saya tidak turun. Di situlah nenek saya luluh,” ungkap Rizqi yang berhasil mendapat indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,7 di semester pertama.
Saat masih bersekolah di SMAN 2 Palu, Rizqi juga mendapat bantuan Program Indonesia Pintar (PIP). Bagi Rizqi dan Nenek Masitah, bantuan pemerintah terasa sangat berarti untuk menyokong biaya pendidikan. Biasanya dana PIP dan KIP K digunakan untuk membiayai keperluan sekolah/kuliah, kuota internet, membeli seragam, serta ongkos tranportasi dari dan ke sekolah/kampus. Sementara untuk buku, Rizqi biasanya meminjam ke perpustakaan.
“Saya bilang, silakan uangnya dipakai untuk keperluan sekolahmu ‘Nak karena nenek tidak bisa membantu,” ungkap Nenek Masitah yang mengatakan bahwa Rizqi anak yang rajin beribadah dan sangat pengertian sehingga tidak pernah banyak mengeluh atau meminta kepadanya.
Rizqi bercerita, dari uang jajan yang diberikan sang nenek, ia tabung guna membiayai kebutuhan sekolah. Ia sangat bersyukur karena dengan dana KIP-K bisa memfasilitasi kebutuhan perkuliahannya. “Sebagian uang KIP K saya tabung dan Alhamdulillah sekarang saya sudah bisa beli laptop untuk mendukung pembelajaran saya,” ujarnya sumringah. Rizqi berharap ke depan semakin banyak generasi muda yang kurang beruntung bisa terbantu dengan KIP K.
Pentingnya mengasah nilai kepemimpinan, kolaborasi, jejaring, dan kreativitas diakui Rizqi dapat mendukung kesuksesan di masa depan. Oleh karena itu, selain kuliah, ia juga mengisi waktu dengan aktif berorganisasi menjadi anggota BEM di kampus. “Karena saat kuliah di kelas kita hanya belajar teori akademik sementara ketika berorganisasi kita bisa belajar soft skills seperti cara mengatur waktu dan berkomunikasi sehingga kemampuan kita sebagai dokter nantinya bisa seimbang,” terangnya yang punya hobi menonton film.
Sebelum menutup perbincangan, Rizqi berpesan kepada generasi muda untuk tetap bersemangat mengejar cita-cita. Terlepas dari apapun latar belakang dan tantangan yang dihadapi. “Untuk teman-teman, mari kejar prestasi dari sekarang, cari informasi tentang beasiswa dari berbagai sumber dan jujur ketika mendaftar. Percayalah, kita bisa kuliah karena ada KIP K akan membantu kita dalam pembiayaannya,” tutupnya.*** (Penulis: Denty A./Editor: Seno Hartono)
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 606/sipers/A6/XI/2023
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 26 kali