Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Penang, Kemendikbudristek — SEAMEO BIOTROP menggelar Pertemuan Dewan Pembina (Governing Board Meeting) ke-61 di Penang, Malaysia, pada 5 – 6 Oktober 2023 serta Workshop Regional dengan judul “Implementasi Agro-Eko-Edu Wisata di Asia Tenggara untuk Pendidikan Konservasi Keanekaragaman Hayati” pada tanggal 6 Oktober 2023. Kedua kegiatan tersebut dilaksanakan bersama dengan Universiti Sains Malaysia.
“Pertemuan Dewan Pembina ini merupakan platform penting bagi kami dalam mengevaluasi pencapaian kami di thaun berjalan, mendiskusikan inisiatif program, dan memformulasikan strategi untuk ke depannya” ujar Direktur SEAMEO BIOTROP, Zulhamsyah Imran dalam sambutannya, pada Kamis (5/10).
Membuka secara resmi pertemuan Dewan Pembina ke-61 SEAMEO BIOTROP, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Firdaus yang menyoroti kemiripan antara Indonesia dan Malaysia dalam kekayaan keanekaragaman hayati dalam pidatonya. Kedua negara ini dilimpahi dengan hutan hujan yang hijau, ekosistem yang berkembang, dan satwa liar yang unik, sehingga menarik minat ilmuwan dan pecinta alam di seluruh dunia.
“Kekayaan keanekaragaman hayati ini menjadi sumber kebanggaan dan tanggung jawab bersama, dan kita mengakui pentingnya untuk melindungi dan melestarikan harta karun ini demi kesejahteraan generasi mendatang,” katanya.
Governing Board SEAMEO BIOTROP adalah badan tertinggi dalam pembuatan kebijakan Pusat. Governing Board bertindak sebagai perwakilan Menteri Pendidikan dari negara anggota ASEAN yang memiliki peran dalam menentukan kebijakan, menyetujui program dan aktivitas, serta mengevaluasi dan memantau pelaksanaan program dan aktivitas dari SEAMEO BIOTROP.
Governign Board mengadakan pertemuan setidaknya sekali dalam setahun untuk membahas dan membuat kesepakatan mengenai isu penting di SEAMEO BIOTROP. Pertemuan Dewan Pembina tahun ini merupakan yang pertama setelah pencabutan status pandemi COVID-19. Tujuh anggota dewan pembina dan perwakilan yang menghadiri pertemuan secara tatap muka yaitu dari Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, dan Thailand. Sementara itu, dua anggota dewan mengikuti pertemuan secara daring yaitu Republik Demokratik Rakyat Laos dan Singapura.
Pertemuan ini juga dihadiri oleh perwakilan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Sekretariat SEAMEO, dan Universitas IPB. Sebanyak 16 working paper disampaikan dalam pertemuan tahun ini.
Selain masalah program tahunan, sumber daya manusia, keuangan dan administrasi, dan proses penunjukan direktur serta Deputi Direktur SEAMEO BIOTROP. Salah satu diskusi yang menjadi sorotan dalam pertemuan adalah tentang pengembangan Program Agro-Eko-Edu Wisata yang diinisiasi oleh Rektor Universitas IPB, Arif Satria yang sekaligus sebagai Anggota Dewan Pembina dari Indonesia sejak tahun 2021.
Dalam konteks ini, pertemuan tersebut diadakan seiring dengan Workshop Regional tentang Implementasi Agro-Eko-Edu Wisata (AEET) di Asia Tenggara untuk Pendidikan Konservasi Keanekaragaman Hayati. Workshop ini akan fokus pada pelajaran yang dipetik dari praktik baik AEET di negara-negara Asia Tenggara dan implementasi penerimaan AEET SEAMEO BIOTROP di Asia Tenggara.
Program Wisata Agro-Eko-Edu adalah bentuk wisata yang menggabungkan lanskap (ekosistem) dan pendidikan berbasis pertanian sebagai daya tarik atau tujuan bagi wisatawan dan pengunjung. Program AEET dirancang sebagai model pendidikan konservasi keanekaragaman hayati di luar kampus dan sebagai ekshibisi keanekaragaman hayati di Asia Tenggara.
Pada tahun 2022, SEAMEO BIOTROP telah mengembangkan empat prototipe, yaitu Kebun Lebah Tanpa Sengat, Kebun Sensori dan Terapi, Smart Hidroponik, Kebun Akuatik, dan BIOTROP Science and Techno Expo. Prototipe tersebut didokumentasikan dalam modul pendidikan AEET SEAMEO BIOTROP, yang menjelaskan informasi yang diperlukan terkait prototipe tersebut. Program AEET juga sedang disebarkan ke institusi lain, seperti mahasiswa, dosen, masyarakat, dan praktisi. Analisis studi tentang dampak AEET diperlukan untuk implementasi di masa depan di Asia Tenggara.
Hal ini juga sejalan dengan implementasi dari Merdeka Belajar Episode Ke-26. Melalui program AEET, perguruan tinggi dapat meningkatkan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian masyarakat melalui pemanfaatan prototipe lapangan yang telah dikembangkan.
(Haritz Cahya Nugraha/Rima Febriana).
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 70 kali