Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
“Badan Bahasa berperan dalam mendukung program prioritas Kemendikbudristek, yakni dalam hal pelestarian, pelindungan, pengembangan bahasa dan sastra. Melalui kegiatan ini, sastrawan muda diharapkan lebih mengenal situasi penulisan puisi, cerpen, novel, drama, esai di negara-negara lain; mengambil manfaat dari pandangan dan kritik sesama sastrawan muda,” terang Sekretaris Badan Bahasa selaku Ketua Mastera Indonesia, Hafidz Muksin, di Jakarta (28/8).
Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand sebagai negara anggota Mastera menyadari pentingnya penyelenggaraan bengkel penulisan kreatif yang kemudian berubah namanya menjadi Program Penulisan Mastera dan dicetuskan sejak tahun 1997. Genre karya pada program penulisan ini bergilir dengan urutan puisi, cerpen, esai, dan drama.
Program Penulisan Mastera telah dilaksanakan dengan genre puisi (1997, 2002, 2007, 2012, dan 2017), genre cerpen (1998, 2003, 2008, 2013, dan 2018), genre esai (1999, 2004, 2009, 2014, dan 2019), genre drama (2000, 2005, 2010, dan 2015), dan genre novel (2001, 2006, 2011, dan 2016). Setelah selama tiga tahun (2000—2022) vakum akibat adanya pandemi Covid-19, maka pada tahun 2023 Program Penulisan Mastera diselenggarakan dengan genre drama.
Hafidz Muksin juga berharap para peserta dapat menyerap ilmu dan wawasan selama kegiatan berlangsung, bertukar pengalaman dan ide kreatif dengan sastrawan senior maupun sesama sastrawan muda. Peserta yang hadir merupakan pengarang-pengarang kreatif di negara anggota Mastera khususnya dan di negara Asia Tenggara pada umumnya (penyair, cerpenis, esais, dan penulis naskah drama).
“Para pengarang tumbuh dan berkembang lebih banyak dari bakat secara mandiri dan tanpa bimbingan. Proses tersebut belum tentu akan menghasilkan karya-karya unggulan karena mungkin saja bakat yang sudah ada tidak memperoleh kondisi yang kondusif untuk berkembang,” ungkapnya seraya mengimbau agar para sastrawan terus menggiatkan produksi naskah drama, khususnya di lingkup negara anggota Mastera.
Menurut Hafidz Muksin, para pengarang memerlukan wahana khusus dalam bentuk bengkel penulisan supaya bakatnya berkembang secara optimal. “Wadah ini akan memberikan kesempatan bagi pengarang-pengarang kreatif untuk saling mengoreksi kekurangan mereka serta bertukar pengalaman tentang berbagai hal yang berkaitan dengan penulisan kreatif. Kepada sastrawan muda, mari, gunakan kesempatan ini dengan sebaik mungkin untuk saling menginspirasi dan menghasilkan karya yang hebat,” imbuh Hafidz Muksin.
Pembimbing Mastera Brunei Darussalam, Awang Mohammed Zefri Ariff bin Mohammed Zain Ariff mengapresiasi Indonesia yang menyelenggarakan acara ini setelah vakum akibat pandemi Covid-19. “Saya sangat antusias dengan kegiatan ini karena memfasilitasi kita untuk saling bertemu bertukar ilmu dan wawasan dalam penulisan naskah drama,” tuturnya.
“Saya mengapresiasi Indonesia karena mengadakan Program Penulisan Mastera. Acara ini menjadi wujud semangat kita untuk menghidupkan nuansa sastra yang ada di tengah kita. Saya harap, kita dapat menghasilkan sejumlah karya yang dapat diproduksi di seluruh negara anggota Mastera dan bukan hanya di negara asal peserta,” katanya.
Pembimbing Mastera Malaysia, Puan Fazilah Husin mendukung acara ini. “Berkarya di negara sendiri berbeda rasanya dengan berkarya bersama dengan pengarang antarnegara. Ada pengalaman, ilmu, ilham (ide), semangat, dan wawasan yang lebih luas lagi bisa diperoleh,” ucap Fazilah Husin.
“Kita harap naskah-naskah ini nanti bisa dirujuk oleh orang lain dan dicetak secara luas,” imbuhnya.
Ketua Panitia Pelaksana, Koordinator Layanan Sekretariat Badan Bahasa, Tri Indira melaporkan bahwa peserta kegiatan ini adalah sastrawan muda Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia. Kriteria peserta berusia maksimum 35 tahun dan peserta telah menerbitkan satu kumpulan puisi/cerpen/novel/drama/esai sendiri atau mempublikasikan sekurang-kurangnya 10 karya di media cetak.
“Mastera Indonesia mengikutsertakan 12 orang sastrawan muda, 1 orang penceramah, dan 3 orang pembimbing. Mastera Malaysia mengikutsertakan 3 orang sastrawan muda dan 1 pembimbing. Mastera Brunei Darussalam mengikutsertakan 3 orang sastrawan muda, 1 pembimbing, dan 1 orang pemerhati,” sebut Tri Indira.
Adapun pembimbing para peserta dalam kegiatan ini adalah sastrawan senior berpengalaman yang bertugas memberikan bimbingan secara intensif. “Pembimbing adalah sastrawan senior berpengalaman yang bertugas memberikan bimbingan intensif dalam program penulisan itu. Sastrawan senior yang ditugasi sebagai pembimbing adalah Agus R Sarjono, Yusef Muldiyana, dan Imam Soleh. Sementara itu, penceramah bengkel penulisan ini adalah Putu Wijaya. Selain itu, juga akan hadir sastrawan senior dari Brunei Darussalam dan Malaysia,” jelasnya.
Putu Wijaya akan mengetengahkan materi berjudul “Perkembangan Drama di Negara Asia Tenggara”, Yusef Muldiyana akan memaparkan materi tentang “Naskah Darama di Era Digital”, Agus R. Sarjono akan memaparkan materi “Penulisan Lakon Drama di Indonesia”, dan Iman Soleh yang akan mengetengahkan materi “Drama” dan “Kolektif Teks Teater”.
“Semoga kegiatan ini menambah kompetensi dan bakat para sastrawan muda Mastera,” pungkasnya. (Denty, Editor: Princess Alberta)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 421/sipres/A6/VIII/2023
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 8 kali