Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Jakarta, Kemendikbudristek –
Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for Food and Nutrition (RECFON) menyelenggarakan konferensi internasional bertajuk The 2nd International Conference on Food and Nutrition (2nd ICFN) pada tanggal 17 dan 18 Oktober 2024 di Jakarta.Konferensi tersebut turut menggandeng SEAMEO Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture (SEARCA) dan SEAMEO Regional Centre for Tropical Biology (BIOTROP) sebagai mitra penyelenggara.
The 2nd ICFN pada tahun ini membawakan tema “Memahami Capaian, Tantangan, dan Kesempatan dalam Riset, Program, dan Kebijakan terkait Gizi dan Lingkungan di Asia Tenggara” yang berfokus pada pentingnya keberlanjutan dalam interaksi kompleks antara sistem pangan, kesehatan, dan lingkungan. Sejalan dengan tema, the 2nd ICFN bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai capaian, tantangan, dan kesempatan berkaitan dengan gizi dan lingkungan di Asia Tenggara, perihal riset, program, dan kebijakan.
Sebelum kegiatan konferensi, dilakukan pengumpulan abstrak pada 23 Maret 2024 s.d. 14 Juli 2024, dan terdapat total 155 abstrak yang diterima oleh panitia seleksi. Proses seleksi selanjutnya menghasilkan total 54 abstrak untuk dipresentasikan secara lisan dan 44 abstrak untuk dipresentasikan sebagai poster.
Dalam pembukaan acara the 2nd ICFN, Direktur SEAMEO RECFON, Herqutanto, memberikan sambutan pembukaan yang menandai dimulainya hari pertama ICFN ke-2 ini. “Saya yakin bahwa konferensi ini merupakan kesempatan bagi kita untuk saling belajar dan tumbuh bersama dalam hal gizi dan lingkungan.
Kami berharap konferensi ini akan memungkinkan kita untuk lebih memahami hubungan antara gizi dan lingkungan yang menarik namun kompleks, yang berkaitan dengan sistem pangan, pola konsumsi makanan untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan,” ujar Herqutanto.
Direktur Sekretariat SEAMEO, Datuk Habibah Abdul Rahim, juga menyampaikan pesan dukungan untuk acara konferensi internasional ini. “SEAMEO meyakini bahwa dengan bekerja sama, kita dapat menemukan peluang di balik tantangan untuk membawa perubahan.
Oleh karena itu, konferensi ini merupakan bukti dan wadah dari komitmen bersama kita untuk menangani masalah-masalah ini melalui diskusi ide-ide baru dan mengidentifikasi solusi-solusi inovatif,” sambung Datuk Habibah Abdul Rahim.
Sebagai pembicara utama pada hari pertama the 2nd ICFN, perwakilan dari Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN), Lawrence Haddad, menyampaikan presentasinya yang berjudul “Sistem Pangan Sinergis untuk Gizi, Pertanian, dan Keberlanjutan Lingkungan.”
Lawrence menyebutkan, “Iklim dan gizi saling terkait, namun sangat sedikit tindakan yang diambil dalam sistem pangan untuk memajukan keduanya secara bersamaan.” Hal tersebut sejalan dengan penjelasannya mengenai mengapa dan bagaimana iklim dan gizi harus dikembangkan bersama melalui sistem pangan.
Selain paparan dari pembicara utama, pada hari pertama kegiatan konferensi juga mencakup dua sesi pleno dengan topik “Menjembatani Disiplin Ilmu untuk Solusi Holistik/Tindakan Terpadu pada Sistem Pangan Berkelanjutan” dan “Sistem Pangan untuk Gizi: Peluang Penyediaan Pangan Bergizi dan Aman untuk Mencegah Stunting pada Anak.”
Sesi pleno yang pertama menyoroti pentingnya menghubungkan berbagai disiplin ilmu untuk solusi komprehensif dan tindakan terkoordinasi dalam sistem pangan berkelanjutan. Salah satu fokusnya adalah menormalkan produksi pangan berkelanjutan. Selanjutnya adalah mengadaptasi pola konsumsi pangan berkelanjutan berdasarkan rekomendasi gizi. Disiplin penting lainnya adalah mendukung pembelian pangan lokal untuk mengurangi jarak distribusi makanan.
Sesi pleno kedua menyoroti sistem pangan untuk gizi, yang membahas peluang dalam menyediakan makanan bergizi dan aman untuk mencegah stunting pada anak. Salah satu fokusnya adalah menyadari peluang dan tantangan rantai pangan dari sumber hewani untuk mengurangi stunting pada anak.
Fokus lainnya adalah gagasan untuk mengembangkan analisis keputusan multi-kriteria guna mendukung pemilihan pangan yang memperkuat sistem pangan lokal untuk perbaikan gizi. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah pengembangan Multidimensional Food Environment Experience Metric (MFEEM).
Di antara sesi pleno, terdapat dua sesi paralel yang diadakan di hari pertama the 2nd ICFN dengan topik sebagai berikut, (1) Dampak Sistem Pangan terhadap Ketahanan Pangan dan Gizi Masyarakat, (2) Dampak Konsumsi Pangan terhadap Kesehatan dan Integritas Lingkungan, serta (3) Pengaruh Biofisika dan Pangan Sosial Ramah Lingkungan terhadap Kebiasaan Konsumsi Pangan dan Dampak Gizi.
Pada hari kedua the 2nd ICFN, perwakilan dari Food and Agricultural Organization (FAO), Fatima Hachem, menyampaikan materi mengenai topik berjudul “Meningkatkan Kesadaran tentang Konsumsi Pangan Berkelanjutan”
Fatima menjelaskan bahwa meskipun perbaikan gizi membutuhkan peningkatan yang bersamaan dalam aspek kesehatan, kebersihan dan sanitasi, pendidikan, pendapatan, serta mata pencaharian, diet yang tidak sehat tetap menjadi penyebab utama langsung dari semua bentuk malnutrisi.
Selain itu, konferensi hari kedua ini juga menggelar gelar wicara yang dimoderatori Judhiastuty Februhartanty (SEAMEO RECFON/alumni South East Asian Nutrition Leadership Program (SEANLP) tahun 2003) diselenggarakan dengan tiga pembicara yang juga merupakan alumni SEANLP: Leila S. Africa (UPLB, Philippines/ alumni SEANLP tahun 2003), Muh Nur Hasan Syah (UPN Veteran Jakarta, Indonesia,/alumni SEANLP tahun 2015), Chheanghong (GIZ, Kamboja/alumni SEANLP tahun 2017).
Gelar wicara bertemakan “Gizi dan Lingkungan: Mendidik Ilmuwan Pangan dan Gizi untuk Penelitian dan Kolaborasi” berfokus pada pemberdayaan dan pendidikan para pemimpin baru di bidang pangan dan gizi untuk inovasi dan penemuan.
Seusai gelar wicara, diadakan sesi paralel dengan tiga topik berbeda sebagai berikut, (1) Menjamin Ketahanan dan Keamanan Pangan selama Bencana Alam dan Situasi Darurat; (2) Keanekaragaman Hayati Lokal dan Sumber Pangan yang Tersedia untuk Peningkatan Kesehatan dan Gizi, serta Model dan Trend gizi lingkungan dan Pangan Berkelanjutan; serta (3) Keanekaragaman Hayati Lokal dan Sumber Pangan yang Tersedia untuk Perbaikan Kesehatan dan Gizi.
Melanjutkan hari pertama acara the 2nd ICFN, dua sesi pleno juga diadakan di hari kedua. Sesi pleno ketiga bertemakan “Praktik Konsumsi Pangan Berkelanjutan dan Paparannya di Kalangan Remaja dan Dewasa Muda di Indonesia”, sesi ini menyoroti sekolah sebagai tempat potensial untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik terkait konsumsi pangan berkelanjutan di kalangan remaja di Wilayah Asia Tenggara.
Tema sesi pleno terakhir adalah “Menetapkan Arah Kebijakan dan Program Gizi dan Lingkungan di Tingkat Regional di Masa Depan” yang membahas kebijakan, program, dan upaya kolaboratif untuk mengatasi masalah pangan dan gizi di masing-masing negara. Perwakilan dari Badan Pangan Nasional, Nita Yulianis, mengatakan bahwa dalam menghadapi limbah pangan, penerapan sistem insentif dan disinsentif bertujuan untuk menciptakan insentif ekonomi guna mengurangi limbah pangan, yang diimbangi dengan sanksi bagi limbah pangan yang berlebihan.
Secara keseluruhan, ICFN ke-2 dihadiri oleh mahasiswa, peneliti, dosen, pelaksana program pembangunan, manajer industri, serta pengambil keputusan dari sektor pemerintah dan swasta di Asia Tenggara dan wilayah lainnya, termasuk Anggota Dewan Pengawas SEAMEO RECFON. Selain itu, ICFN ke-2 diselenggarakan bekerja sama dengan SEAMEO SEARCA dan SEAMEO BIOTROP. ICFN ke-2 juga didukung oleh International Medical University Malaysia, Monash University Indonesia, Food Bank Bandung, Action Against Stunting Hub, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, dan Universitas Mataram. (Unit Manajemen Pengetahuan dan Dukungan Kebijakan SEAMEO RECFON / Editor: Andrew Fangidae, Stephanie, Denty A., Seno Hartono)