Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Buku-buku yang diluncurkan dalam agenda tersebut adalah “Cahaya dari Ufuk Timur”, “Melampaui Keterbatasan Akses”, “Senyum Mentari dari Pelosok Negeri”, “Mengalir Seperti Air”, “Menyulam Inspirasi dari Keragaman Negeri”, dan “Menjadi Pribadi Mandiri”. Sementara itu, untuk video diluncurkan adalah “Praktik Baik Implementasi PSP jenjang PAUD pada TK Kosgoro Tanjung Angin, Donggala, Sulawesi Tengah”; “Praktik Baik Implementasi PSP jenjang SD pada SD 077311 Tuhoowo, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara”; “Praktik Baik Implementasi PSP jenjang SMP pada SMP Negeri 4 Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur”; “Praktik Baik Implementasi PSP jenjang SMA pada SMA Negeri 2 Skanto, Kabupaten Keerom, Papua; serta “Praktik Baik Implementasi PSP Jenjang SLB pada SLB Negeri Kota Baru, Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan”.
Pelaksana tugas (Plt.) Direktur SMA, Winner Jihad Akbar, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa perilisan buku dan video tersebut merupakan bagian dari proses pengimbasan praktik baik pelaksanaan PSP. Ia mengungkapkan, melalui buku dan video tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berharap sekolah lain dapat meniru dan mengambil bagian terbaik dari sekolah pelaksana PSP.
“PSP merupakan kebijakan Merdeka Belajar Episode ke-7 dan sekarang memasuki angkatan ke-3. Sudah ada 14.233 satuan pendidikan pelaksana Sekolah Penggerak dari tiga angkatan. Dari tiga tahun intervensi PSP, banyak perkembangan dan praktik-praktik baik yang sudah dilaksanakan,” terang Winner.
Melalui pidatonya, Winner menyampaikan apresiasi dan kekagumannya atas perjuangan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan ekosistem sekolah pelaksana PSP yang digambarkan melalui video dan narasi di dalam buku. Ia mengatakan, meski sudah berulang kali menonton video dan membaca buku tersebut, tetapi tidak merasa bosan karena berisi kisah-kisah inspiratif.
“Meski ada kebingungan, sedih, kesulitan-kesulitan, kefrustasian, terlihat dari awal pelaksanaan PSP tapi kita juga bisa melihat ada kegigihan dan pantang menyerah. Ini menandakan kita kuat, dengan semangat dan kegigihan, dan kesabaran ternyata kita berhasil melampaui rintangan. Saya jadi terharu, banyak yang terus bergerak memajukan pendidikan di negeri ini meski dihadapkan pada banyak tantangan,” ujarnya.
Rasa haru itu muncul, terang Winner, setelah melihat kegigihan para kepala sekolah untuk mengupayakan yang terbaik bagi transformasi pendidikan di sekolah masing-masing di tengah berbagai keterbatasan.
“Padahal, banyak sekolah yang letaknya di daerah terpencil dan memiliki fasilitas fisik yang minim atau kurang memadai. Tak sedikit juga yang akses terhadap teknologi dan internet yang sangat terbatas. Ternyata banyak kepala sekolah yang tetap konsisten bergerak dan menginspirasi,” tambahnya.
Program Sekolah Penggerak (PSP) yang dimulai pada tahun 2021 bagi sekolah terpilih di beberapa daerah di Indonesia, kini menjadi pancaran harapan dan inspirasi bagi banyak sekolah lain. Melalui dedikasi yang tak tergoyahkan dan pendekatan inovatif, para pelaksana PSP mampu menghadirkan perubahan positif berupa transformasi pembelajaran di daerahnya dan menerangi jalan bagi generasi mendatang.
“Program ini luar biasa. Fokus pada sekolah di daerah terpencil dan terpinggirkan,” timpal praktisi komunikasi Devie Rahmawati di hadapan ratusan undangan dan pemangku kepentingan yang hadir dari berbagai daerah. Pada kesempatan ini mereka menyaksikan wujud perjuangan guru yang inspiratif dalam menghadapi tantangan kompleks, dan tertuang ke dalam bentuk buku dan video.
Dalam agenda peluncuran buku dan video ini berisi sesi berbagi pengalaman terkait pelaksanaan PSP oleh beberapa kepala sekolah. Turut hadir dalam sesi bedah buku, Eka Susianti (Kepala TK Kemala Bhayangkari, Situbondo); Henny Leiwakabessy (Kepala SDN 257 Maluku Tengah); Nana Mulyana (Kepala SMP S Al-Ma’shum Mardiyah, Cianjur); Hotnida Hutagaol (Kepala SMA Santa Patricia); dan Khofni (Kepala SLB Negeri Penajam Paser Utara). Sementara untuk sesi diskusi dan berbagi pengalaman terkait video, kepala sekolah yang hadir adalah Rosmawatin (Kepala TK Kosgoro Donggala); Yuliana Giawa (Kepala SD Negeri 077311, Tuhoowo, Nias Selatan); Veronika Benge (Kepala SMP Negeri 4 Poco, Ranaka, NTT); Mesak Mantek (Kepala SMA Negeri 2 Skanto, Keerom); dan Abdul Samad (Kepala SLBN Kotabaru, Bamega).
Salah satu cerita mengharukan dalam sesi berbagi diungkapkan Yuliana, Kepala SD Negeri 077311, Tuhoowo, Nias Selatan. Ia menceritakan, sebelum sekolahnya menjadi pelaksana PSP, ia hampir merasa putus asa karena banyaknya tantangan yang dihadapi.
“Sekolah saya ada di daerah tertinggal, terdepan dan terluar. Sinyal susah. Listrik juga sering padam. Gedung sekolahnya? Jauh dari kata memadai. Jelek dan banyak tambalan di sana-sini. Saya nyaris mengundurkan diri sebagai kepala sekolah karena frustasi,” ungkap Yuliana.
Saat nyaris putus asa itulah Yuliana menemukan Program Sekolah Penggerak. Ia kemudian mencoba mendaftar. “Saat hendak daftar, mati lampu. Internet mati. Dalam hati kecil saya, rasa-rasanya tak mungkin sekolah ini bisa bergabung dengan Program Sekolah Penggerak,” tuturnya.
Yuliana terus mencoba dan mencoba. Saat tak ada sinyal, Yuliana sampai rela menggantungkan gawainya di pohon besar yang ada di halaman sekolah. “HP saya sampai diikat karet, digantung di atas pohon besar demi mendapatkan sinyal,” kenangnya.
Hasilnya ternyata tak sia-sia. Sekolah Yuliana yang ada di tengah hutan akhirnya terpilih sebagai salah satu sekolah yang bergabung dengan PSP angkatan I. Melalui pendekatan yang berfokus pada kebutuhan satuan pendidikan dan berkat dukungan dari guru dan masyarakat sekitar, Yuliana akhirnya berhasil menemukan kepercayaan dirinya kembali.
“PSP telah mengubah wajah sekolah yang terlibat. Banyak yang menginspirasi,” tutup Yuliana Giawa, Kepala SD Negeri 077311 Tuhoowo, Nias Selatan.
Selain bercerita terkait bagaimana intervensi PSP telah mengubah wajah sekolahnya yang berada di daerah terpencil, ia juga menyoroti perubahan signifikan dalam tingkat partisipasi murid, peningkatan hasil akademis, dan perkembangan keterampilan sosial serta kepemimpinan dari pelaksanaan program tersebut.
Dalam video inspiratif, Yuliana juga melakukan pengimbasan ke sekolah lain, yaitu di SDN 071187 Amuri. “Melalui Bu Yuliana Giawa, kami bisa mengerti dan memahami bagaimana penerapan Kurikulum Merdeka. Dan kami mulai pembelajaran menggunakan barang-barang di sekitar seperti daun dan botol sehingga kami bisa lebih kreatif untuk mengajari murid. Kami diajari menggunakan PMM dan juga pembuatan poster pengajaran agar murid menjadi lebih mengerti. Bu Yuliana Giawa tetap siap sedia untuk berbagi pengalaman dengan langsung hadir di sekolah atau via telekomunikasi,” terang Masrawati Zega, guru SDN 071187 Amuri.
Kisah Yuliana menjadi salah satu bagian dari sekian bukti nyata bagaimana Program Sekolah Penggerak mampu mengubah dan memberikan harapan baru bagi para murid dan ekosistem pendidikan melalui transformasi pembelajaran yang nyata. (Tim PDM, Editor: Denty)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 412/sipres/A6/VIII/2023
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 36 kali