Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Dalam pengantarnya, Kepala Puspeka, Rusprita Putri Utami, menekankan pentingnya memahami diri dan lingkungan sebagai bentuk dari penguatan karakter. “Kenali diri dan lingkungan ini berkaitan erat dengan bagaimana kita mengenali diri sendiri, mengenali batasan diri dan orang lain sehingga dapat terhindar dari bentuk kekerasan terutama kekerasan seksual,” ungkapnya.
Kendali dihadirkan guna menjawab keresahan mengenai batasan diri terutama untuk remaja. Di usia remaja sangat penting untuk membahas hal-hal terkait pengenalan diri, kesehatan seksual dan reproduksi. Harapannya, para remaja bisa lebih paham atas perubahan-perubahan yang signifikan ketika tumbuh menjadi dewasa dan dapat menjadi manusia yang bertanggung jawab.
Lebih lanjut, Prita memaparkan bahwa sosok dewasa yang bertanggung jawab adalah yang mampu menghargai penolakan dari orang lain, tidak melakukan paksaan, dan mampu mengenali apapun yang mengancam keamanan ataupun kenyamanan pada tubuh. Serta mampu mencari sosok orang dewasa yang dapat dipercaya agar bisa membantu dan memberikan arahan ketika mengalami situasi sulit saat berada pada tahap perkembangan dari remaja menuju dewasa.
“Saya sangat berharap para remaja mulai peduli terkait pengenalan diri agar ke depannya selalu aman dan nyaman menjalani kehidupan yang menyenangkan di masa remaja menuju dewasa,” lanjut Prita.
Dalam webinar tersebut turut hadir tiga narasumber lainnya, yakni Pendiri Komunitas Dokter Tanpa Stigma, dr. Sandra Suryadana; Peer Educator PKBI Bali, Ni Putu Ayu Sugi Andini Wijayanti; Remaja GenRe DKI Jakarta, Stevvan Vallentino Petrix Pratama.
Pendiri Komunitas Dokter Tanpa Stigma, dr. Sandra Suryadana, mengungkapkan di masa pubertas tubuh remaja mengalami perubahan mulai dari perubahan fisik hingga emosi. Sehingga para remaja tidak perlu bingung dan khawatir karena perubahan itu merupakan hal yang wajar dan dialami oleh semua remaja. Ia berpesan agar para remaja lebih fokus memanfaatkan waktunya untuk mengenali dan menyayangi tubuhnya sendiri.
“Ketika remaja semua pasti berubah, manfaatkan waktunya untuk mengenali tubuh sendiri. Di mana kita bisa menyayangi diri sendiri dengan mengenali seluk beluk tubuh kita,” tutur dr. Sandra.
Ia pun menambahkan bahwa selain menjaga kesehatan tubuh, para remaja juga diharapkan mampu meregulasi emosi dan energi mereka. Menurutnya, para remaja dapat melakukan banyak aktifitas positif supaya energi mereka tersalurkan dengan baik, misalnya ikut klub olah raga atau bergabung ke dalam sebuah komunitas.
“Penting sekali mencari aktivitas yang positif, berkumpul dengan teman-teman sefrekuensi yang dapat memberikan pengaruh yang baik,” terang dr. Sandra lebih lanjut.
Senada dengan itu, Peer Educator PKBI Bali, Ni Putu Ayu Sugi Andini Wijayanti, juga mengungkapkan manfaat yang ia dapat ketika bergabung ke dalam komunitas. “Masuk ke dalam komunitas memiliki banyak aktivitas, jadi selain lelah pikir juga lelah fisik. Jadi sudah tidak ada lagi energi untuk melakukan hal-hal yang negatif,” tutur Sugi.
Sebagai informasi, saat ini Sugi tergabung sebagai pendidik sebaya dalam Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kisara. Kisara aktif mengampanyekan dan mengadvokasi penyediaan pendidikan dan layanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja di Bali.
Dalam kesempatan yang sama, Remaja Generasi Berencana (GenRe) DKI Jakarta, Stevvan Vallentino Petrix Pratama, menyampaikan hal yang tak kalah penting bagi remaja, yaitu pengembangan diri. Menurutnya, masa remaja adalah saat yang tepat untuk pengembangan diri. Karena selain sebagai sarana untuk menyalurkan energi positif, pengembangan diri ketika remaja dapat memperkaya bekal ilmu yang dapat dirasakan manfaatnya ketika dewasa nanti.
“Waktu merupakan hal yang sangat berharga, sehingga kita perlu mengisinya dengan pengembangan diri. Jadi jika sewaktu-waktu ilmu itu dibutuhkan kita sudah siap,” ungkapnya.
Stevvan juga berpesan kepada para remaja untuk saling menghargai batasan pada masing-masing individu. “Batasan diri yang kita miliki terbentuk atas pengalaman, ilmu dan hal-hal yang kita alami selama hidup. Artinya tidak semua orang memiliki batasan diri yang sama dengan kita. Karena itu kita sebagai remaja harus mulai saling menghargai batasan diri kita dan orang lain,” pungkas Stevvan mengakhiri diskusinya.
Webinar kali ini merupakan Kesan kelima setelah sebelumnya ada empat rangkaian Kesan lainnya tentang Sehat Mental tanpa Perundungan, Tutorial Pelaporan Pembentukan Tim dan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan, Keliling Dunia Seru Jumpa Kawan Baru, dan Kelas Mendongeng. Di akhir pekan depan akan ada Webinar Kelas Bahasa Isyarat pada Jumat, 8 Desember 2023.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#PlatformMerdekaMengajar
#KurikulumMerdeka
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 688/sipres/A6/XII/2023
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 60 kali