Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Bantul, Yogyakarta, Kemendikbudristek
— Persahabatan yang erat sejak usia sekolah dasar, dua pelajar asal Papua ini berjuang bersama dan berhasil menerima beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) hingga mengantarkan mereka mengenyam pendidikan di Kota Pelajar, yaitu Yogyakarta. Mereka adalah Sion Oagai dan Horas Elopere, siswa kelas XI, SMA BOPKRI Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang berasal dari Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan.Sion dan Horas, begitu sapaan akrabnya, mendapat dukungan penuh dari sekolah dan orang tua mereka. Mereka mengaku, sejak SD selalu bersaing untuk memiliki ranking yang baik di sekolahnya. “Puji Tuhan, karena memiliki prestasi yang baik, kepala sekolah mendaftarkan kami untuk mengikuti ADEM ini,” ujar Horas ketika diwawancarai oleh tim dari Kemendikbudristek, di ruang konseling, SMA Pangudi Luhur Sedayu, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta, pada Senin (13/11).
Meskipun selalu bersama hinga SMA, Sion dan Horas memiliki cita-cita yang berbeda. Sion yang merupakan kelas XI IPS memiliki cita-cita untuk menjadi guru Geografi karena minatnya yang kuat dalam bidang Geografi. Ia berharap dapat melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik).
Sementara Horas, siswa kelas XI IPA bercita-cita menjadi anggota DPR RI karena ingin membangun tanah kelahirannya Papua. Ia berharap, setelah lulus SMA ini, ingin melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
Sion merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Saudara kandung Sion yang lain masih tinggal di Papua. Ayahnya merupakan guru SMP di sekolah tempat ia belajar dulu. Sementara Horas, adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Adiknya masih duduk di kelas 3 SD, sedangkan kedua orang tuanya bekerja sebagai petani.
Keduanya memiliki kerinduan dengan tanah kelahirannya, namun mereka tetap ingin menyelesaikan sekolahnya dulu di Yogyakarta. “Sebetulnya kami rindu akan kampong halaman, tapi kami harus sukses dulu minimal bisa lulus SMA dengan baik dan melanjutkan kuliah dengan mendapatkan beasiwa ADik demi menggapai cita-cita kami,” ungkap Horas.
Sion bercerita, mereka berdua berani keluar dari zona nyaman untuk melanjutkan pendidikan di Kota Gudek. “Alasan saya mau keluar dari Papua karena ingin belajar di kota pendidikan Yogyakarta,” ucap Sion.
Sion mengaku, memiliki mimpi untuk sekolah di Negeri Kangguru, Australia. Sementara Horas, ingin menjadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab ketika harus keluar dari Papua.
Horas mengatakan tantangan terberat ketika tinggal di Yogyakarta adalah melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian yang sebelumnya biasa dilakukan orang tuanya dan juga harus bangun pagi. Sementara Sion, mengatakan hal terberat adalah ketika harus mendengar kabar tidak baik dari tanah kelahirannya sedangkan ia sendiri tidak bisa pulang.
Terkait adaptasi belajar di Yogyakarta, Sion dan Horas awalnya mengalami kesulitan karena menyesuaikan materi pelajaran yang berbeda seperti di Papua. “Mata pelajaran yang sulit menurut saya adalah bahasa Inggris dan Biologi, Namun, kami masih bisa mengejar nilai dengan baik terkait mata pelajaran yang sulit karena didukung oleh guru-guru yang baik,” ungkap Horas.
Meskipun mereka adalah peserta ADEM dari Papua, mereka merasa diterima baik oleh siswa-siswa lainnya, dan dapat berbaur bersama dengan sangat baik. Baik Sion dan Horas, keduanya memiliki pengalaman kompetensi dan prestasi di sekolah saat ini. Keduanya berhasil mengikuti Lomba Paskibra tingkat kecamatan dan sering ikut lomba-lomba olahraga di sekolahnya.
Ada cerita unik terkait kebersamaan mereka hingga saat ini, di mana awalnya Sion lebih dahulu diterima sebagai penerima beasiswa ADEM Papua. Namun, jika Horas tidak berhasil mendapatkan beasiswa tersebut, maka orang tua mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan program beasiswanya. “Kami harus tetap sekolah di Papua, jika salah satu dari kami tidak menerima beasiswa ADEM,” ujar Sion.
Keajaiban pun tiba, Horas akhirnya mendapatkan juga beasiswa ADEM Papua sehingga keduanya pun bersama-sama melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. “Puji Tuhan, kami sangat senang bisa berjuang bersama lagi,” tutur Horas.
Selama sekolah di Yogyakarta, keduanya mengaku mendapatkan uang saku sebesar Rp300 ribu yang diberikan per minggu. Keduanya tinggal di asrama yang juga dihuni oleh siswa asal Papua lainnya. Di SMA BOPKRI Banguntapan sendiri, terdapat 11 siswa penerima beasiswa ADEM Papua yang terdiri dari 7 siswa kelas XI dan 4 siswa kelas XII. (Rendy Manorek/Editor: Dennis)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 63 kali