Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Jakarta, Kemendikbudristek– Kegiatan Penulisan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera): Naskah Drama telah selesai. Acara penutupan terasa begitu berkesan karena para peserta yang berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam terlihat begitu akrab menikmati malam penutupan yang berbalut nuansa persaudaraan yang kental. Acara semakin semarak ketika salah satu kelompok menampilkan pertunjukkan singkat yang mengangkat naskah drama yang disusun selama mengikuti pelatihan.
“Saya masih merinding menyaksikan tampilan peserta tadi. Suasana yang terbangun sangat hidup karena kita dibawa pada kondisi pandemi beberapa tahun yang lalu,” ungkap Sekretaris Badan Bahasa selaku Wakil Ketua Mastera Indonesia, Hafidz Muksin setelah menyaksikan drama yang berjudul “Corona Oh Corona” (COC), di Jakarta, Kamis (31/8/2023).
COC adalah kisah yang terinpirasi dari pandemi Covid-19 di mana kala itu semua negara di dunia termasuk Indonesia berjuang untuk mengatasi keterpurukan yang berdampak pada banyak aspek kehidupan manusia. Para peserta menampilkan drama yang apik, membuat emosi penonton terbawa perasaan sedih hingga bahagia dengan canda tawa para pemain layaknya aktor profesional.
Iman Soleh selaku pembimbing, berharap agar kegiatan ini menjadi pemicu bagi sastrawan muda untuk semakin mempererat persaudaraan dalam menghasilkan karya gemilang di masa mendatang. Sebagai pembimbing, Iman menilai bahwa meletakan kemanusiaan dan Tuhan sebagai tujuan dan struktur sebuah karya merupakan hal yang penting.
“Menulis naskah drama perlu ada penguatan dari sisi cerita terutama yang mengandung unsur kemanusiaan dan Tuhan sebagai ujungnya. Di samping juga membangun struktur ketokohan yang kuat. Dalam pertunjukan tadi, ide cerita yang diangkat sangat kuat, mengingatkan kita tentang kematian. Pesan moral yang bisa kita ambil adalah kita berharap dengan kesehatan kita bisa berkarya dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita,” harap Iman.
“Mudah-mudahan hubungan antarnegara semakin baik dan erat. Karya teman-teman juga bisa terpublikasi ke berbagai wilayah dan negara,” ujar Iman.
Pembimbing lainnya yaitu Yusep Muldiana yang akrab disapa Abah Yusep mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan Badan Bahasa untuk terlibat dalam kegiatan Mastera. “Terima kasih kami diberi kesempatan untuk terlibat, drama yang disuguhkan malam ini membuktikan kompetensi mereka sebagai sastrawan muda,” ucap Abah Yusep yang menjadi pengarah dalam drama tersebut.
Ketika ditanya terkait pesan dari drama yang dipertunjukkan, Abah Yusep menjelaskan bahwa manusia harus menghargai kehidupan yang diberikan Tuhan dengan menggunakan usia untuk terus menimba ilmu dan beramal. Sebab, kematian bisa datang kapan saja.
Testimoni Peserta
Peserta dari Brunei Darussalam yakni Awang Muhamad Khairul Insan Brunei mengaku banyak ilmu yang ia pelajari agar mampu memvisualisasikan naskah drama menjadi lebih bermutu. Ia mendapat pengetahuan tentang cara membangkitkan tema cerita, teknik mengembangkan konflik supaya cerita menjadi lebih menarik guna menyokong isu menjadi lebih kuat dan konkret.
“Ilmu ini akan saya bagi dengan rekan saya di Brunei atau siapa saja yang berminat mempelajari naskah drama. Apa yang saya dapat di sini akan saya kenang selalu,” ujar Muhamad Khairul yang terpilih menjadi peserta paling bersemangat selama penyelenggaraan acara.
Lalu, peserta dari Indonesia yakni Indah Mustika Sari, merasa bersyukur karena acara ini menjadi ajang baginya untuk menambah ilmu dan wawasan yang sebelumnya tidak ia ketahui terkait penulisan naskah drama.
“Ketika kamu datang ke suatu tempat, datanglah dengan ketidakpunyaan apa-apa maka dari situ wawasan dan pikiran bisa bertumbuh dan saya rasakan itu di sini. Saya bahagia bisa belajar di sini,” tuturnya.
Sementara itu, dari Malaysia yakni Siti Nurul Hayani, menyampaikan rasa syukurnya dapat menambah ilmu tentang penulisan naskah drama. “Pengalaman ini bagi saya sangat luar biasa karena menjadi peluang bagi para peserta untuk belajar dari guru-guru yang hebat,” katanya yang terpilih menjadi guru.
Lebih lanjut Hafidz Muksin mengatakan pertunjukan yang ditampilkan merupakan wujud keselarasan antara ilmu dan amal. Sebab, manusia akan lebih bermanfaat jika dapat mengamalkan ilmunya. “Semoga ilmu yang diperoleh bermanfaat, tidak akan habis, dan para peserta terus menghasilkan karya berkualitas karena ilmu adalah harta yang sangat berharga,” ujarnya.
Selain itu Hafidz Muksin mengatakan bahwa para peserta telah berhasil menyerap ilmu yang diberikan para pembimbing sehingga dapat menyuguhkan naskah dan drama dengan baik. Hal ini tak lepas dari peran pembimbing yang mengarahkan para peserta selama pelatihan. “Saya mengapresiasi para pembimbing yang tanpa pamrih memberikan ilmunya secara maksimal sehingga malam ini para peserta bisa menyuguhkan tampilan yang luar biasa,” ucap Hafidz.
“Kepada para peserta, saya berpesan agar menjadikan ilmu yang diperoleh untuk terus tumbuh dan berkembang menjadi amal dalam setiap aktivitas di manapun kalian berada. Forum semacam ini saya harapkan dapat terus berlanjut di negara anggota Mastera,” tekannya.*** (Denty, Editor: Mery)
Sumber :
“Saya masih merinding menyaksikan tampilan peserta tadi. Suasana yang terbangun sangat hidup karena kita dibawa pada kondisi pandemi beberapa tahun yang lalu,” ungkap Sekretaris Badan Bahasa selaku Wakil Ketua Mastera Indonesia, Hafidz Muksin setelah menyaksikan drama yang berjudul “Corona Oh Corona” (COC), di Jakarta, Kamis (31/8/2023).
COC adalah kisah yang terinpirasi dari pandemi Covid-19 di mana kala itu semua negara di dunia termasuk Indonesia berjuang untuk mengatasi keterpurukan yang berdampak pada banyak aspek kehidupan manusia. Para peserta menampilkan drama yang apik, membuat emosi penonton terbawa perasaan sedih hingga bahagia dengan canda tawa para pemain layaknya aktor profesional.
Iman Soleh selaku pembimbing, berharap agar kegiatan ini menjadi pemicu bagi sastrawan muda untuk semakin mempererat persaudaraan dalam menghasilkan karya gemilang di masa mendatang. Sebagai pembimbing, Iman menilai bahwa meletakan kemanusiaan dan Tuhan sebagai tujuan dan struktur sebuah karya merupakan hal yang penting.
“Menulis naskah drama perlu ada penguatan dari sisi cerita terutama yang mengandung unsur kemanusiaan dan Tuhan sebagai ujungnya. Di samping juga membangun struktur ketokohan yang kuat. Dalam pertunjukan tadi, ide cerita yang diangkat sangat kuat, mengingatkan kita tentang kematian. Pesan moral yang bisa kita ambil adalah kita berharap dengan kesehatan kita bisa berkarya dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita,” harap Iman.
“Mudah-mudahan hubungan antarnegara semakin baik dan erat. Karya teman-teman juga bisa terpublikasi ke berbagai wilayah dan negara,” ujar Iman.
Pembimbing lainnya yaitu Yusep Muldiana yang akrab disapa Abah Yusep mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan Badan Bahasa untuk terlibat dalam kegiatan Mastera. “Terima kasih kami diberi kesempatan untuk terlibat, drama yang disuguhkan malam ini membuktikan kompetensi mereka sebagai sastrawan muda,” ucap Abah Yusep yang menjadi pengarah dalam drama tersebut.
Ketika ditanya terkait pesan dari drama yang dipertunjukkan, Abah Yusep menjelaskan bahwa manusia harus menghargai kehidupan yang diberikan Tuhan dengan menggunakan usia untuk terus menimba ilmu dan beramal. Sebab, kematian bisa datang kapan saja.
Testimoni Peserta
Peserta dari Brunei Darussalam yakni Awang Muhamad Khairul Insan Brunei mengaku banyak ilmu yang ia pelajari agar mampu memvisualisasikan naskah drama menjadi lebih bermutu. Ia mendapat pengetahuan tentang cara membangkitkan tema cerita, teknik mengembangkan konflik supaya cerita menjadi lebih menarik guna menyokong isu menjadi lebih kuat dan konkret.
“Ilmu ini akan saya bagi dengan rekan saya di Brunei atau siapa saja yang berminat mempelajari naskah drama. Apa yang saya dapat di sini akan saya kenang selalu,” ujar Muhamad Khairul yang terpilih menjadi peserta paling bersemangat selama penyelenggaraan acara.
Lalu, peserta dari Indonesia yakni Indah Mustika Sari, merasa bersyukur karena acara ini menjadi ajang baginya untuk menambah ilmu dan wawasan yang sebelumnya tidak ia ketahui terkait penulisan naskah drama.
“Ketika kamu datang ke suatu tempat, datanglah dengan ketidakpunyaan apa-apa maka dari situ wawasan dan pikiran bisa bertumbuh dan saya rasakan itu di sini. Saya bahagia bisa belajar di sini,” tuturnya.
Sementara itu, dari Malaysia yakni Siti Nurul Hayani, menyampaikan rasa syukurnya dapat menambah ilmu tentang penulisan naskah drama. “Pengalaman ini bagi saya sangat luar biasa karena menjadi peluang bagi para peserta untuk belajar dari guru-guru yang hebat,” katanya yang terpilih menjadi guru.
Lebih lanjut Hafidz Muksin mengatakan pertunjukan yang ditampilkan merupakan wujud keselarasan antara ilmu dan amal. Sebab, manusia akan lebih bermanfaat jika dapat mengamalkan ilmunya. “Semoga ilmu yang diperoleh bermanfaat, tidak akan habis, dan para peserta terus menghasilkan karya berkualitas karena ilmu adalah harta yang sangat berharga,” ujarnya.
Selain itu Hafidz Muksin mengatakan bahwa para peserta telah berhasil menyerap ilmu yang diberikan para pembimbing sehingga dapat menyuguhkan naskah dan drama dengan baik. Hal ini tak lepas dari peran pembimbing yang mengarahkan para peserta selama pelatihan. “Saya mengapresiasi para pembimbing yang tanpa pamrih memberikan ilmunya secara maksimal sehingga malam ini para peserta bisa menyuguhkan tampilan yang luar biasa,” ucap Hafidz.
“Kepada para peserta, saya berpesan agar menjadikan ilmu yang diperoleh untuk terus tumbuh dan berkembang menjadi amal dalam setiap aktivitas di manapun kalian berada. Forum semacam ini saya harapkan dapat terus berlanjut di negara anggota Mastera,” tekannya.*** (Denty, Editor: Mery)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 22 kali