Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Canberra, Kemendikbudristek – Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Australian National University (ANU) sepakat untuk membicarakan lebih rinci rencana kerja sama pendidikan dan penelitian di bidang inovasi pertanian dan teknik lingkungan. Kerja sama pendidikan akan mencakup inisiasi program double degree untuk Master of science in Agriculture Innovation ANU dan Teknik Industri Pertanian IPB, pertukaran mahasiswa untuk program S1, khususnya untuk pelaksanaan Capstone Project atau penyelesaian tugas akhir mahasiswa.
Hal tersebut terungkap dalam kunjungan kerja Farah Fahma, dari Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB ke Program Studi Agricultural Innovation ANU di kampus ANU Canberra, Australia pada Senin (4/9). Didampingi oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Republik Indonesia di Canberra, Farah diterima oleh pimpinan ANU College of Science, yaitu Craig Strong, Associate Director (Education); Sara Beavis, Associate Director Postgraduate Coursework and Honours; dan Rachael Rodney, Agricultural Innovation Training and Education Initiative Lead.
Dalam kesempatan tersebut, Atdikbud RI Canberra, Mukhamad Najib, mengatakan bahwa saat ini dukungan pemerintah Indonesia untuk pelaksanaan program-program kerja sama internasional cukup tersedia, baik untuk pendidikan maupun penelitian.
Untuk program double degree, menurut Najib, tersedia pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) jika IPB memiliki program kerja sama dengan universitas top dunia seperti ANU. Selain itu, kerja sama dengan kementerian maupun pemerintah daerah di Indonesia juga sangat memungkinkan untuk peningkatan kapasitas staf mereka.
“IPB, sebagai salah satu universitas terkemuka, sangat cocok untuk bekerja sama dengan ANU. Pemerintah Indonesia sangat mendukung IPB untuk melakukan kerja sama internasional dengan universitas top dunia seperti ANU. Banyak program di IPB yang relevan dengan ANU. Kerja sama IPB-ANU bisa diarahkan untuk menyelesaikan isu-isu bersama yang dihadapi kawasan, seperti isu lingkungan, perubahan iklim, ketahanan pangan dan pembangunan berkelanjutan,” papar Najib.
Sementara itu, Farah Fahma mengatakan bahwa IPB sebagai universitas terkemuka di bidang pertanian dan kehutanan, memiliki banyak program internasional. Program internasional di bawah fakultas teknologi pertanian antara lain program sarjana internasional teknologi industri pertanian, program master double degree dengan universitas mitra luar negeri, dan join supervisor dengan universitas mitra internasional untuk program doktoral. Farah juga menyampaikan beberapa potensi kerja sama dengan ANU yang dapat dikembangkan.
“Beberapa potensi kerja sama yang dapat dilakukan dengan ANU antara lain double degree program antara Master of Science in Agricultural Innovation ANU dengan Teknologi Industri Pertanian IPB, penyelesaian Capstone project untuk program S1, program pengembangan eksekutif untuk pengambil kebijakan di kementerian yang berkaitan dengan industri, pertanian dan lingkungan, serta kerja sama dalam bidang penelitian yang terkait dengan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan,” jelas Farah.
Menanggapi hal tersebut, Associate Director (Education), Craig Strong mengaku tertarik untuk menindaklanjuti lebih jauh. Menurutnya kerja sama ini akan bermanfaat untuk kedua belah pihak. Untuk program Master of Science in Agricultural Innovation di ANU terdapat dua jenis, yaitu master by coursework dan master by research. Kedua program dilaksanakan dalam dua tahun. Bedanya, jika master by coursework diselesaikan dalam dua tahun penuh perkuliahan, sementara master by research dilaksanakan dalam bentuk perkuliahan selama satu tahun dan penelitian selama satu tahun.
Inisiasi kerja sama double degree dengan IPB, tambah Craig, perlu ditindaklanjuti dengan pemetaan kurikulum antara kedua program studi. Sedangkan Rachael Rodney mengatakan, jika kerja sama dapat dilakukan secara multidisiplin. Karena di IPB juga memiliki program studi ilmu lingkungan dan di Teknologi Industri Pertanian juga terdapat divisi teknik lingkungan, maka menurut Rachel akan sangat baik juga jika kerja sama mencakup bidang ilmu dan teknik lingkungan.
Mengenai kerja sama dalam program professional development bagi pengambil kebijakan dibidang industri, pertanian dan lingkungan, Rachel menjelaskan jika selama ini ANU bekerja sama dengan CSIRO telah mengembangkan program kursus singkat berbasis kebutuhan pengguna. Menurutnya sangat terbuka untuk mendiskusikan pelatihan atau kursus singkat yang sesuai dengan kebutuhan pemerintah Indonesia dengan IPB. Menurut Rachel, co-design program merupakan hal yang biasa dilakukan oleh ANU dengan lembaga mitra.
Sementara itu, Sara Beavis mengaku tertarik dengan program visiting lecture dan join supervisor. “Di Australian National University, College of Science, dosen mengajar di satu semester dan melakukan penelitian di semester yang lain. Sehingga hal ini memungkinkan bagi dosen untuk melakukan aktifitas mengajar maupun meneliti di kampus mitra di luar negeri,” jelas Sara. Dosen ANU yang mengaku sudah beberapa kali ke Bogor ini menyatakan siap menerima jika ada mahasiswa yang ingin melakukan capstone project dibawah bimbingannya. “Tinggal disesuaikan saja waktu dan topik nya,” tutup Sara. (Atdikbud Canberra/Rayhan Parady, Editor: Seno Hartono)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 40 kali