Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Lhokseumawe, Kemendikbudristek – Dewasa ini keadaan iklim dunia sangat tidak menentu. Perubahan iklim ini diperparah dengan pemanasan global yang didominasi ulah manusia mengakibatkan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, gaya hidup yang ramah lingkungan (zero waste lifestyle) menjadi pilihan gaya hidup untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Gaya hidup ini pulalah yang pada akhirnya mengarahkan manusia berpikir panjang dalam memenuhi kebutuhaan hidup sehari-hari.
Sampah yang dihasilkan manusia, misalnya minyak jelantah mudah ditemukan sebagai salah satu limbah rumah tangga. Minyak jelantah berasal dari minyak sawit atau minyak kelapa. Seringkali minyak jelantah terbuang percuma tanpa proses apapun setelah selesai digunakan untuk menggoreng bahan makanan. Pemakaian minyak jelantah yang dipakai berkali-kali dapat merusak ksesahatan tubuh. Ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik yang terjadi selama proses penggorengan sehingga dapat menyebabkan berbagai penyakit mematikan seperti kanker. Tidak hanya itu, limbah minyak jelantah juga dapat mencemari tanah karena menyebabkan pori-pori tanah tertutup dan tanah menjadi keras.
Lalu, apa yang bisa dilakukan? Minyak jelantah dapat diolah kembali menjadi produk yang bermanfaat, seperti sabun cuci, lilin aromaterapi, bahan bakar lampu minyak, cairan pembersih lantai dan lain-lain. Sebagai Guru Mata Pelajaran Kimia di SMAN 1 Muara Batu, Aceh Utara, Amalina mencoba menginisiasi peserta didik untuk melakukan inovasi menggunakan minyak jelantah dalam pelaksanaan projek penguatan profil Pelajar Pancasila (P5).
Tujuannya P5 untuk membentuk siswa agar memiliki keterampilan berpikir kritis, mandiri, kolaborasi serta kemampuan pemecahan masalah (problem solving). Selain itu, penting bagi siswa untuk membangun wawasan lingkungan hidup mulai dari hal-hal kecil yang ada disekitar mereka, baik yang dilakukan dengan cara teoritis maupun praktik langsung seperti pelaksanaan P5.
Menurut Amalina, salah satu mata pelajaran yang sangat erat hubungannya dengan lingkungan adalah kimia. “Mata pelajaran kimia terkadang menjadi salah satu pelajaran yang dianggap tidak menarik oleh para siswa. Oleh karena itu, untuk memotivasi para siswa belajar adalah dengan praktik,” tuturnya dalam unjuk karya Guru Penggerak yang berlangsung di SMAN 1 Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara, Rabu (16/8/2023).
Kunjungan kerja rombongan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) ke sekolah ini merupakan rangkaian kegiatan Kabupaten Aceh Utara dalam rangka memotret praktik baik seputar implementasi program prioritas GTK.
Dalam mempraktikkan P5, SMAN 1 Muara Batu melakukan aksi gerakan ramah lingkungan dengan mengajak siswa untuk mengolah limbah rumah tangga yaitu minyak jelantah. Limbah minyak jelantah ini diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat sebagai sabun cuci dan lilin aromatertapi. “Projek ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasah kemampuan siswa dalam berkreasi dan bernalar kritis sekaligus menumbuhkan kepekaan terhadap lingkungan sosialnya,” jelas Amalina.
Berdasarkan hasil pemantauannya, model pembelajaran praktik dinilai dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terutama untuk mata pelajaran kimia. Selain itu, juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengintegrasikan pengetahuan, menambah wawasan dan ketrampilan, serta menguatkan karakter siswa. “Dalam Kurikulum Merdeka, model pembelajaran ini menghadapkan siswa pada masalah nyata yang relevan dengan konteks belajar sehingga memancing siswa untuk berpartisipasi dan bereksplorasi dalam mengidentifikasi masalah, mencari solusi dan menetapkan pemahaman konsep untuk memecahkan masalah tersebut,” jelasnya.
Kemudian, dari sisi guru, manfaat Kurikulum Merdeka yakni dapat membantu dalam memilih strategi pengajaran yang tepat menggunakan metode yang relevan dengan materi pembelajaran, efektif, dan menyenangkan.
Sedangkan dari sisi peserta didik, metode pembelajaran praktikum ini sangat sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar peserta didik karena dapat mengembangkan kreativitas sesuai dengan bakat dan minat siswa. “Bagi saya, Kurikulum Merdeka jauh lebih berdampak apalagi dengan P5,” tutur Intan Safitri, siswa kelas XI-1. Awalnya Intan menganggap minyak jelantah sudah tidak berguna namun setelah melakukan praktikum ternyata minyak tersebut bisa diproses ulang dan ini sudah ia praktikkan di rumah bersama adik.
Kemudian ada M. Farhan, siswa kelas XI-2 yang merasa senang belajar dengan metode Kurikulum Merdeka. “Gaya belajar saya kinestetik sehingga projek ini sangat cocok dengan minat belajar saya. Melalui praktikum ini, saya mengetahui proses pengolahan limbah minyak jelantah menjadi sabun dan lilin. Saya berharap, guru memberikan projek lain yang bervariasi sehingga memacu saya dalam belajar,” ungkap Farhan.
Tentang Pembuatan Salanta dan Lilin Aromaterapi
SMAN 1 Muara Batu mengolah minyak jelantah menjadi sabun cuci yang diberi nama “Salanta”. Bahan yang dibutuhkan untuk projek ini berupa minyak jelantah, arang, soda api, dan air. Peralatan yang butuhkan adalah baskom plastik, dan spatula kayu.
Proses pembuatan projek ini sangat sederhana, dimulai dengan merendam minyak jelantah dengan arang selama 24 jam untuk menghilangkan bau dan zat pengotor lainnya. Kemudian minyak disaring menggunakan kaos bekas sehingga minyak jelantahnya menjadi jernih. Lalu, masukkan soda api (NaOH) sebanyak 128 gram ke dalam air 360 ml. Perlu diperhatikan, soda api yang dimasukkan ke dalam air bukan sebaliknya karena reaksi yang dihasilkan adalah reaksi eksoterm atau menghasilkan panas.
Setelah panasnya agak turun, larutan soda api dimasukkan ke dalam minyak jelantah yang telah ditempatkan di dalam wadah. Kemudian diaduk sampai merata. Setelah itu ditambahkan pewangi (fragrance oil), dikocok sampai mengental. Tambahkan warna sesuai selera kemudian dituang ke dalam cetakan sabun. Diamkan selama 24 jam sehingga adonan akan mengeras dan dikeluarkan dari cetakan. Lalu, sabun siap digunakan untuk mencuci kain.
Sedangkan untuk membuat lilin aromaterapi bahan yang dibutuhkan adalah minyak jelantah, strearin acid, esensial oil dan crayon. Proses pembuatannya dimulai dengan memanaskan minyak jelantah terlebih dahulu, kemudian setelah minyaknya hangat ditambahkan strearin acid diaduk sampai merata. Kemudian ditambahkan crayon yang telah diserut halus sampai tercampur rata, setelah itu ditambahkan esensial oil dan dituang ke dalam cetakan lilin. Lebih kurang 24 jam, lilin akan mengeras dan siap digunakan. (Amalina, Guru Kimia SMAN 1 Muara Batu, Kab. Aceh Utara, Editor: Denty A.)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 35 kali