Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Canberra, 12 Agustus 2023 – Sebanyak 20 guru dari Indonesia mendapat kesempatan berkunjung ke sekolah di Australia. Mereka difasilitasi oleh Asia Education Foundation (AEF) dalam program BRIDGE (Building Relationships through Intercultural Dialogue and Growing Engagement) International School Partnerships Program. Hal tersebut disampaikan Encang Zaenal Muarif dan Krisma Yuanti, dua orang guru SMA Negeri 3 Banjar yang melakukan kunjungan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra, Rabu (9/8).
BRIDGE sendiri merupakan program untuk membangun kemitraan antara siswa, guru, dan komunitas sekolah Australia dengan Indonesia. BRIDGE menfasilitasi kolaborasi, melatih keterampilan bahasa, dan mengembangkan persahabatan antara guru dan siswa Australia dengan sekolah mitra di Indonesia. Tujuannya untuk menyiapkan siswa menjadi warga dunia.
Dalam kunjungan ke KBRI, Encang dan Krisma didampingi oleh Shellee Nikolau, guru di UC Senior Secondary College dan Meg Owen dari Department of Education and Training (DET), Australian Capital Territory (ACT). Kedua orang guru dari SMA Negeri 3 Banjar mendapatkan kesempatan untuk melakukan obervasi, belajar dan mengajar di salah satu sekolah di Canberra, yaitu UC Senior Secondary College. Sementara 18 guru lain disebar ke sekolah-sekolah di berbagai kota di Australia.
Dua orang guru bersama para pendamping diterima oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud), Mukhamad Najib di KBRI Canberra. Selain untuk melaporkan aktifitas yang mereka lakukan selama pelaksanaan program di Canberra, tujuan kedatangan para guru ke KBRI Canberra juga untuk berdiskusi dan memperoleh masukan atas program yang tengah dilaksanakan. Selama kunjungan, para guru juga berkesempatan melihat Balai Wisata Budaya yang terdapat di KBRI Canberra.
Menurut Atdikbud Najib, program pertukaran guru yang difasilitasi oleh AEF sangat baik untuk meningkatkan kerja sama antar sekolah. Guru-guru Indonesia bisa belajar dari sekolah Australia, begitu juga sebaliknya. Melalui program ini, tambah Najib, guru melakukan observasi proses belajar mengajar dan memperoleh kesempatan belajar bagaimana meningkatkan kualitas sekolah. Selain itu, guru juga berperan sebagai duta budaya. Mereka mengenalkan budaya dan bahasa Indonesia kepada siswa-siswa Australia.
“Program ini sangat positif bagi kedua belah pihak. Siswa dan guru Australia bisa belajar dari Indonesia, dan guru-guru Indonesia juga bisa belajar dari Australia. Hal ini dapat membangun kedekatan Indonesia dan Australia melalui interaksi dan pengenalan masing-masing budaya. KBRI Canberra sangat mendukung program semacam ini, dan saya berharap program ini dapat terus dilanjutkan dan ditingkatkan pada waktu yang akan datang,” jelas Najib.
Menurut Encang, guru bahasa inggris di SMA Negeri 3 Banjar, dirinya senang mendapat kesempatan mengikuti program pertukaran guru ke Australia. Selama di sekolah Canberra, Encang mengaku belajar banyak mengenai keunggulan sekolah di Canberra. “Saya mendapatkan banyak pembelajaran selama di Canberra. Saya akan membawa pengetahuan dan pengalaman baru yang diperoleh disini untuk saya bagikan ke rekan-rekan guru di Banjar. Dan yang lebih penting, saya akan menerapkannya dalam proses pembelajaran di kelas yang saya asuh,” ujar Encang.
Sementara Krisma, yang merupakan guru sosiologi di SMA Negeri 3 Banjar merasa sangat bersyukur bisa terpilih dan mendapatkan kesempatan berkunjung ke sekolah di Australia. Menurutnya, dari ratusan pelamar program pertukaran guru, hanya 20 orang yang mendapat kesempatan berangkat ke Australia. Sehingga ketika terpilih dalam program ini, Krisma bertekad untuk memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
“Saya bersyukur bisa merasakan iklim pembelajaran di sekolah Australia. Saya mengajar sosiologi ke siswa kelas 11 di sekolah Canberra. Mereka sangat aktif bertanya dan menyampaikan pendapat, kelas sangat hidup,” ucap Krisma.
Shellee Nikolau dari UC Senior Secondary College merasa mendapat penyegaran dengan hadirnya guru dari Indonesia. “Sudah lama saya tidak berbahasa Indonesia, hampir saja saya lupa. Kedatangan mereka memberikan penyegaran terhadap kemampuan bahasa Indonesia saya. Bahkan kepala sekolah menugaskan saya untuk membuka kelas bahasa Indonesia pada tahun depan,” papar guru yang pernah belajar bahasa Indonesia di Yogyakarta ini. (Atdikbud Canberra/Rayhan Parady, Editor: Seno Hartono)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 61 kali