Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib, bersama kepala program bahasa Indonesia Scotch College, Melody-Fleur Watterson
Melbourne, 31 Juli 2023 – Kehadiran guru bantu bahasa Indonesia diterima baik oleh sekolah-sekolah di negara bagian Victoria, Australia. Pada tahun 2023 ini, Victoria Indonesia Language Teacher Association (VILTA), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra bekerja sama untuk mengirimkan guru bantu bahasa Indonesia ke sekolah di Victoria secara luring.
Salah satu sekolah yang memperoleh kesempatan menerima guru bantu adalah Scotch College di kota Melbourne. Dalam kunjungannya ke Scotch College pada hari Selasa (25/07), Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra, Mukhamad Najib diterima oleh Melody-Fleur Watterson selaku kepala program bahasa Indonesia. Menurut Melody, saat ini siswa di Scotch College belajar bahasa Indonesia sejak kelas 7 sampai kelas 12. Jadi cukup lama mereka belajar bahasa Indonesia.
Melody mengaku sangat senang dengan adanya program pengiriman guru bantu. Hal tersebut menurut Melody dapat memberikan daya tarik bagi para siswa pemelajar bahasa Indonesia. “Guru bantu yang dikirim memiliki usia yang dekat dengan para siswa, sehingga mereka bisa lebih leluasa belajar, bercakap-cakap tentang hal-hal yang memang sesuai dengan usianya. Para siswa juga tertarik untuk bisa berbicara langsung dengan orang Indonesia asli,” jelas Melody.
Dalam kesempatan tersebut Atdikbud Najib menjelaskan bahwa program pengiriman guru bantu bahasa Indonesia ke sekolah-sekolah di Australia merupakan bagian dari program mobilitas internasional mahasiswa yang sangat berguna. Mahasiswa akan mendapatkan banyak pengalaman baru yang tidak bisa diperoleh bila mereka melakukan praktek mengajar di dalam negeri.
Menurut Najib, pengiriman guru bantu secara luring ke Australia baru dilakukan saat ini sejak pandemi Covid-19. “Sebenarnya sejak dua tahun lalu sudah dilakukan pengiriman guru bantu, hanya saja dilakukan secara daring mengingat situasi yang tidak memungkinkan,” ucap Najib.
Najib menambahkan bahwa saat ini Covid-19 sudah tidak lagi menjadi pandemi, dan Australia sudah terbuka bagi mahasiswa asing untuk datang. Sehingga pengiriman guru bantu secara luring menjadi opsi terbaik.
“Bagaimanapun, pengiriman guru bantu secara daring sangat berbeda dampaknya dengan pengiriman guru bantu secara luring. Dengan adanya guru bantu secara luring di sekolah di Australia, mereka bukan hanya membantu mengajar bahasa Indonesia, mereka juga dapat mengenalkan dan mengajarkan seni dan budaya Indonesia kepada siswa Australia. Hal ini tentu sangat positif, karena para siswa menjadi semakin tertarik belajar bahasa dan mereka juga tertarik untuk berkunjung ke Indonesia”, jelas Najib.
Salah seorang guru bantu dari UNY, Bayu Prihantoro, mengatakan sangat banyak manfaat yang diperoleh dari program pengiriman guru bantu. Dirinya mengaku mendapat banyak pengetahuan dan pengalaman baru yang tidak terbayangkan sebelumnya.
“Apa yang saya keluarkan untuk program ini tidak sebanding dengan manfaat pembelajaran dan pengalaman yang saya peroleh di tempat ini. Dengan program praktik mengajar di Australia pikiran saya semakin terbuka, dan banyak peluang baru yang saya peroleh untuk karir masa depan saya sebagai calon guru,” tutur Bayu.
Sementara itu, dosen pendamping dari UNY, Ari Kusmiatun, mengungkapkan jika program ini dapat mendukung pencapaian indikator kinerja utama universitas dalam hal mobilitas internasional. Oleh karena itu kampus mendorong para mahasiswa dan memberikan dukungan bagi yang berminat melakukan praktek mengajar di luar negeri.
Menurut Ari banyak mahasiswanya yang tertarik untuk melakukan praktik mengajar di Australia. Namun bergitu dirinya mengaku harus melakukan seleksi yang ketat, sehingga tidak semua yang melamar bisa berangkat. “Kami melakukan seleksi kepada mahasiswa, mereka harus memiliki keterampilan seni dan budaya juga, sehingga mereka bisa membantu memperkenalkan budaya Indonesia juga para siswa di Australia,” tutup Ari. (Atdikbud, Editor: Rayhan Parady/Seno Hartono)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 23 kali